Laman

Senin, 04 November 2019

Menghidupkan Budaya Literasi di Sekolah

 
SEKOLAH perlu senantiasa meningkatkan mutu pendidikan untuk siswa-siswinya. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mencapai cita-cita besar tersebut. Selain dengan berusaha melengkapi sarana dan prasarananya, sekolah juga dapat melakukan beberapa terobosan, salah satunya adalah menghidupkan budaya literasi di sekolah. Budaya literasi sekolah akan tampak jika para warga sekolah telah terbiasa membaca dan menulis. 

Sekolah harus serius dalam upaya menghidupkan budaya literasi karena jika membaca dan menulis sudah menjadi budaya para siswa maka akan membawa banyak manfaat, antara lain menambah wawasan pengetahuan dan memperluas pemikiran siswa, melatih ketrampilan berfikir dan menganalisa, meningkatkan rasa empati siswa, motivasi untuk mencapai tujuan hidup siswa, membantu siswa untuk berhubungan dengan dunia luar, serta melatih siswa untuk bisa menulis dengan baik. Sedangkan manfaat menulis untuk siswasiswi antara lain dengan menulis berarti siswa berlatih untuk mendokumentasikan sesuatu yang mungkin sangat bermanfaat bukan hanya saat ini saja tetapi juga di masa yang akan datang, melatih otak siswa untuk selalu berfikir dan berkembang, serta mengembangkan kemampuan siswa karena secara otomatis ketika siswa sedang menulis mereka tentu ingin agar tulisannya bisa diterima orang-orang yang membacanya oleh karena itu mereka akan berusaha sebaik mungkin dalam menilis. Tentu masih banyak lagi manfaat yang dapat diperoleh siswa-siswi yang telah berkemampuan baik dan terbiasa membaca dan menulis selain beberapa manfaat tersebut di atas, termasuk juga bisa menjadi penulis profesional.

■ Jurnalistik Dinding
Semangat membaca dan menulis perlu di tumbuhkembangkan bersamaan karena dengan kebiasaan membaca maka akan dapat menumbuhkan motivasi dan kompetensi siswa untuk menulis. Demikian sebaliknya jika siswa sudah terbiasa menulis maka akan dapat me - ningkatkan semangat membaca. Dengan demikian bahwa membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan. Banyak cara untuk menghidupkan budaya membaca dan menulis karena sekolah punya panggung yang luas untuk membuat siswasiswinya berkerasi dan berinovasi. Misalnya, pengelolaan perpustakaan yang baik, mengadakan ekstrakurikuler jurnalistik, membuat majalah sekolah, membuat website sekolah, membuat majalah dinding, mengadakan perlombaan yang berkaitan dengan jurnalistik, serta keteladanan oleh kepala sekolah dan guru.

Pengembangan budaya membaca dan menulis siswa perlu didukung dengan perpustakaan sekolah yang baik, menyediakan berbagai macam buku pelajaran dan bacaan. Per - pus takaan juga dilengkapi dengan komputer dan internet sehingga memungkinkan para siswa untuk mencari ilmu, informasi, dan hiburan dengan mudah. Penataan tata ruangnyajuga dibuat sedemikian rupa menarik sehingga terdapat ruang baca dan belajar yang nyaman. Karya tulis siswa bukan hanya saja dapat diterbitkan dalam majalah sekolah tetapi juga diterbitkan di website sekolah yang bisa diakses dengan mudah melaui komputer, laptop, tablet atau handphone. Media yang banyak akan me - mungkinkan setiap karya tulis siswa selalu diterbitkan dan tidak ada karya tulis yang ditolak atau dengan kata lain setiap karya tulis siswa pasti diterbitkan. Dengan demikian siswa sudah terbiasa untuk membaca dan
menulis yang diterbitkan pada media yang mereka pilih.

Dalam rangka upaya menghidupkan budaya membaca dan menulis sekolah juga perlu melibatkan semua keluarga besar sekolah, termasuk kepala sekolah dan guru. Keteladanan membaca dan menulis kepala sekolah dan guru menjadi magnet siswa-siswi untuk mencontohnya. Kepala sekolah dan bapak ibu guru dapat mengikuti lomba di bidang jurnalistik, menulis buku, menulis karya ilmiah, atauapun dengan menulis artikel di surat kabar dengan demikian para siswa dapat termotivasi untuk
membaca dan menulis. Dengan demikian program menghidupkan budaya literasi ini dapat membuat siswa-siswi memperoleh manfaat banyak ilmu dan pembelajaran yang nantinya dapat bermanfaat dan menjadi bekal siswasiswi dalam mengejar cita-cita. ■

Penulis, Guru SMPN 3 Banjarnegara.


#Artikek ini dimuat di koran WAWASAN hari Senin Pon, 4 November 2019

0 komentar:

Posting Komentar